July 31, 2008

Maha karya bernama ASI

Alkisah suatu ketika Dewa Zeus meletakkan bayi Hercules yang telah ditinggal mati oleh ibunya ke payudara istrinya, Dewi Juno, yang sedang terlelap. Dengan meminum air susu Dewi Juno, Zeus berharap Hercules akan mewarisi kemampuan hidup abadi sang istri. Namun saat bayi Hercules mulai mengisap air susu dewi Juno, tiba-tiba ia terbangun dan mendorong bayi Hercules. Ini membuat air susu Dewi Juno muncrat hingga ke surga dan mengkristalisasi menjadi sebuah gugusan bintang. Sedangkan air susunya yang jatuh ke bumi berubah menjadi bunga lilies (bunga bakung).

Mitos yang berdasarkan mitologi Greco-Roman ini kerap dilukiskan dalam beragam lukisan klasik seperti karya masterpiece Tintoretto pada abad ke-16; the origin of the milky way.

Keajaiban air susu ibu (ASI) rupanya sudah diketahui dan dikagumi sejak ribuan tahun lalu. Sampai-sampai mereka mewujudkannya dalam karya lukis maha indah, atau bahkan sepakat untuk menamakan gugusan bintang nan cantik itu the milky way (dalam bahasa Indonesia: Bimasakti). Namun sedihnya, keajaiban ASI rupa-rupanya masih kurang dipahami oleh banyak orang di abad 21 yang katanya sudah modern ini.

Karena itulah tiap tahunnya World Alliance for Breastfeeding Action (WABA) mengadakan World Breast Feeding Week dengan mengusung tema yang berbeda tiap tahunnya untuk mensosialisasikan betapa ajaibnya ASI dan betapa pentingnya setiap ibu untuk memberikan ASI. Tahun ini dalam rangka Pekan ASI sedunia yang jatuh pada awal 1 - 7 Agustus, tema yang dipilih adalah “Mother Support: Going for the Gold”.

Ya! Kami para ibu perlu dukungan untuk meraih yang terbaik. Bukan cuma dukungan dari ahli laktasi, namun yang paling penting dukungan dari keluarga. Menyusui ternyata bukan hal yang mudah sejak awal; puting lecet karena latch-on yang salah, rasa sakit luar biasa akibat mastitis, grow spurt yang bikin kami lelah luar biasa, stres yang malah membuat air susu semakin sedikit, atau rasa bersalah karena gak berhasil memberikan ASIX (ASI ekslusif). Namun diatas semua itu yang paling menyakitkan adalah takkala keluarga tak mendukung.

Seperti perasaan sedih yang saya tangkap dari teman saya yang baru saja melahirkan beberapa waktu lalu. Tak adanya dukungan dari keluarga besar serta ketidaktahuan akan informasi seputar ASI yang benar membuatnya menyerah dan menyodorkan susu formula ke bayi nya yang masih belum berusia sebulan. Sedih sekali melihatnya. Bayi mungil itu hanya perlu kehangatan payudara ibunya dan ASI...

Berjuang memberikan ASI tak lebih mudah daripada berjuang saat melahirkan. Herannya perjuangan yang sangat penting itu tidak sesering dibahas dan digembar-gemborkan seperti perjuangan melahirkan (Siapa sih yang gak tahu sakitnya melahirkan? hehe). Padahal memiliki buah hati yang tumbuh dan berkembang dengan optimal adalah harapan tiap orangtua.

Yuk mulai rajin membahas soal ASI ke siapa pun. Agar para ibu yang anaknya telah menjadi ibu percaya pada kemampuan anaknya sehingga si anak lebih percaya diri dalam memberikan ASI. Atau para suami lebih rajin memijat istrinya yang menyusui sehingga membuat ASInya semakin melimpah ruah. Dan supaya para ibu lebih mengikuti nuraninya daripada percaya iklan susu formula yang merajalela.

Untuk para ibu yang sudah dan masih menyusui, yuk mari kita saling berbagi! Berbagi cerita, berbagi pengalaman, berbagi ilmu, dan berbagi kekuatan.

July 23, 2008

Mengalah untuk menang

Begitu tahu saya memutuskan berhenti bekerja, banyak sekali wajah-wajah penuh tanya menghampiri saya. “serius Li? Bukan cuma alasan mau pindah aja?” tanya sebagian besar teman kerja. Yang lain dengan mimik penuh empati, “Gak tega ninggalin anak ya?” Semua hanya saya tanggapi dengan senyum dan anggukan. Toh saya tidak ada kewajiban untuk membeberkan alasan mengundurkan diri dari kancah dunia karir. Lagian ini masalah polemik yang sangat sensitif untuk sebagian besar kaum ibu. Sebab, demi anak sebagian ibu memutuskan tetap bekerja dan merelakan waktunya lebih lama di luar rumah. Dan demi anak pula sebagian ibu melepaskan karirnya yang sedang bersinar untuk mengasuh anaknya. Yup, mereka punya alasan kuat yang sama; demi anak. Hanya saja mereka menempuh cara yang berbeda.

Setiap orangtua pasti menginginkan masa depan yang baik untuk anaknya. Berlomba-lomba menyiapkan bekal untuk mereka kelak. Itu juga salah satu alasan saya berhenti menjadi karyawan; ingin menyiapkan bekal untuk buah hati tercinta, dan insya Allah tak cuma bekal di dunia tapi juga akhirat.

Sebagai orangtua tentu saya sudah punya harapan bagaimana kehidupan saya dan suami bersama anak-anak kelak. Teringat nasihat ayah saya dulu, saya mencoba “memulai dari akhir”. Ayah saya selalu mengingatkan, “ketika nanti orang-orang datang ke pemakaman kamu, seperti apa kamu ingin diingat dan dikenang mereka?”. Saya pun sempat menerawang jauh, mencoba membayangkan kehidupan saya dan keluarga di masa yang akan datang yang kami impikan. “hmm..memiliki keluarga yang sakinah mawaddah warohmah dengan anak yang sholeh dan sholehah bukan perkara mudah ya” pikir saya. Kemudian mulai memutar otak, apa yang bisa dan semestinya saya lakukan sebagai ibu untuk mewujudkannya. Jawaban yang saya peroleh? Salah satunya adalah melakukan pola asuh anak yang tepat sejak dini.

Mendidik anak menjadi pintar atau juara kelas menurut saya tidak sulit. Sekarang sudah banyak metode baru dan cara yang ditawarkan yang mampu mendongkrak kecerdasan otak anak. Yang sulit adalah mendidik anak supaya memiliki akhlak yang baik serta emosional yang cerdas. Saya tak akan bangga melihat anak saya juara kelas tapi tidak tahu cara menghormati orang yang lebih tua. Saya akan menyalahkan diri saya sebagai orangtua jika anak saya sombong dan senang berbohong, berani melawan orangtua, bengis terhadap hewan, kasar kepada pembantu, atau sering lupa mengucapkan terima kasih.

Kalau menurut teori ilmu psikologi, perkembangan anak bukan cuma perkembangan fisik dan otak, namun juga perkembangan psikososial yang dipengaruhi faktor sosial dan kultur. Oleh karena itu usia 0 – 3 tahun adalah usia yang krusial. Sebagian menyebutnya golden years. Karena di usia inilah anak sedang mengalami perkembangan yang luar biasa dan terbentuknya katakter sang anak. Melihat yang terjadi di sekitar saya, sungguh prihatin sekali melihat perkembangan psikososial dan pendidikan akhlak anak-anak sekarang. Ini juga alasan saya sebagai ibu ingin mengasuh sendiri anak-anak saya saat ini, bukan diasuh oleh babysitter, pembantu, ataupun kerabat lainnya. Saya tak ingin menyesal di kemudian hari jika anak saya lebih suka makanan fast food daripada masakan saya yang dihidangkan di rumah atau lebih nurut sama pembantu daripada mamanya hehehe...

Menjadi seorang ibu adalah anugerah yang luar biasa. Bukan cuma mengalami kebahagian yang tertandingi tapi juga diliputi banyak keajaiban. Lihat saja bagaimana mereka tak hanya mampu berhasil melewati masa kehamilan, melahirkan dengan susah payah, merawat keluarga setiap saat, namun juga sukses dengan karir atau bisnisnya.

Semoga saja saya satu diantaranya.

July 17, 2008

Anak laki-laki punya gaya

“Kalo punya anak perempuan enak ya bisa di dandanin”. Begitu komentar banyak ibu-ibu kepada saya. Baik ibu-ibu berumur maupun ibu-ibu muda. Mereka semua setuju pernik-pernik bayi perempuan jauh lebih lucu daripada bayi laki-laki. Anak perempuan bisa pakai motif polkadot yang gaya, motif bunga yang manis, motif beruang yang lucu, pakai pita atau bando yang imut, atau jepit rambut yang ngegemesin, dan cocok-cocok aja pakai macam-macam warna. Sedangkan untuk bayi atau anak laki-laki? Pakai motif garis-garis, gambar mobil dan hewan, tema olahraga atau superhero, sepatu keds, dan cuma ‘boleh’ beberapa warna aja (bahkan ada yang hanya mau warna biru).

Ok. Mungkin ada benernya juga pendapat mereka. Setelah mulai rajin wara-wiri dari satu toko anak ke toko anak lainnya di beberapa tempat, saya cukup setuju dengan mereka. Pilihan untuk bayi atau anak laki-laki memang tak sebanyak pilihan untuk anak perempuan. Tapi saya gak mau lekas putus asa, suatu saat mungkin aja Allah akan menitipkan anak laki-laki pada saya (amin). Saya pun beralih mengubek-ubek dunia maya.

Hasilnya? Can’t wait to have a baby boy hihihi….










yellow gucio shoes from http://www.mygucio.com/
black and green tote from http://www.babygeared.com/
white shoes from http://www.veja.fr/
elephant bootie from http://www.twobluepeas.com/
monster bootie longies from http://www.crankypants.com/
bird aplique playsuit from http://www.petitluxe.com/
bib and burp set from http://www.babygeared.com/
yellow romper from http://www.sirhayes.com/
green leather loafer from http://www.twobluepeas.com/
sailor short from http://www.petitluxe.com/
penguin backpack from http://www.dantebeatrix.com/
monter onesie from http://www.etsy.com/
transportation pillowcase from http://www.babygeared.com/
saddle oxford shoes from http://www.twobluepeas.com/
yellow hoodie jacket from http://www.nonchallantmom.com/
elephant sleep sacks from http://www.alexcaseybaby.com/
orange bowling shirt from http://www.georgie.com/
wooden trike from http://www.plantoys.com/
monkey cap from www.alexcaseybaby.com